Minggu, 25 Maret 2012

METODE SEDERHANA TANPA ALAT SECARA ALAMIAH (METODE KALENDER DAN SUHU BASAL)


BAB I
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang
Metode keluarga berencana alamiah telah banyak digunakan di masa lalu oleh berbagai kelompok agama seperti penganut Katolik Roma. Metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan tubuh tertentu yang menandai ovulasi. Dari informasi ini, pasangan dapat memilih pantang koitus dan menggunakannya sebagai metode keluarga berencana mereka, atau menggunakan masa subur ini untuk melakukan koitus sehingga meningkatkan kehamilan, yang disebut sebagai kesadaran terhadap kesuburan. (Suzanne Everett, 2007 : 37)
Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengahiri kehamilan dengan aborsi. (Suratun, 2008 : 19)

2.                  Tujuan
·         Dapat memahami metode sederhana tanpa alat secara alamiah
·         Dapat memahami metode kalender
·         Dapat memahami suhu basal
·         Untuk memenuhi tugas pelayanan KB











BAB II
PEMBAHASAN
Kelurga Berencana Alamiah
Dalam memberikan nasehat kepada peserta KB dengan menggunakan pantang berkala, harus diketahui patrun menstruasinya. Syarat utama metode pantang berkala adalah patrun menstruasi teratur dan kerja sama dengan suami harus baik. Metode pantang berkala mempunyai kegagalan tinggi bila patrun menstruasi tidak teratur, apalagi kerja sama dengan  suami tidak mungkin dilakukan. (Manuaba, 1998 : 479)
Perhitungan menstruasi teratur merupakan syarat penting dengan menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk masa subur. Perhitungan masa subur dapat dilakukan bersama suami hingga suami istri mempunyai pengertian yang sama. Kerja sama dengan suami perlu ditekankan karna masa hidup ovum dan spermatozoa dalam alat genetalia cukup panjang. (Manuaba, 1998 : 479)
Ovum yang baru dilepaskan  belum mampu untuk dibuahi karena pembungkus korona radiata masih tebal sehingga tidak ditembus oleh spermatozoa. Setelah melewati waktu sekitar 12 jam ovum baru dapat di buahi. Hidup ovum terbatas sekitar 48 jam dan selama itu berada kanalis tuba falofi dan siap untuk dibuahi. Spermatozoa yang baru ditumpah kan dalam vagina banyak mengalami kematian. Hanya sekitar masa subur yaitu pada hari ke 12 sampai ke hari 19 menstruasi spermatozoa dapat masuk kedalam rahim melalui kanalis servikalis. (Manuaba, 1998 : 479)  
Dalam kavum uteri spermatozoa mengalami proses kapasitas dengan melepaskan pembungkus lipoprotein. Dengan proses kapasitas spermatozoa mempunai kemampuan untuk menembus dinding ovum dan terjadi penyatuan inti ovum dan inti spermatozoa yang disebut proses konsepsi. Spermatozoa dalam tubuh wanita dapat hidup selama 72 jam. Bila suami istri melakukan senggama dua kali setiap minggu kehamilan dapat terjadi setiap saat. (Manuaba, 1998 : 479)
Memang tubuh seorang wanita yang fertil menunjukkan beberapa gejala dan tanda yang mengarah pada masa subur yang siklis yaitu :
1.      Pola suhu badan basal
2.      Pola lendir serviks
3.      Sakit perut sekitar ovulasi
4.      perdarahan inter-menstrual
5.      nyeri payudara
6.      pola daun pakis (ferning) lendir serviks
7.      perubahan posisi dan konsistensi serviks, dilatasi serviks
8.      perubahan kejiwaan
9.      perubahan libido. (Hanafi Hartanto, 2004 : 46)

macam – macam metode KB alamiah (untuk menentukan saat ovulasi)
a.       metode kalender (ogino-knaus)
b.      metode suhu basal =  metode Termal
c.       metode lendir serviks (Billings)
d.      metode Sympto-termal. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Masing masing metode dapat dilakukan tersendiri atau dalam kombinasi, bahkan dalam kombinasi dengan metode kontrasepsi lain. Tergantung apakah dipantau satu atau lebih indikator masa subur, maka metode - metode tersebut di atas kadang-kadang dapat digolingkan dalam :
a.       Metode Single-Index (Kalender, Termal, Lendir Serviks)
b.      Metode Multiple-inde (Sympto-termal). (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Dengan ditemukannya metode - metode KB alamiah yang lebih baru, timbul pula istilah baru. Istilah tradisional “Rhythm” diganti dengan istilah Natural Family Planning atau Fertility Awarness Methods (Metode ”Kesadaran Akan Fertilitas”). (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
A.                Metode Kalender (Ogino – Knaus)
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. (Niken Meilani, 2010 : 47)
Menentukan waktu ovulasi dari data yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri - sendiri, menemukan bahwa :
Ogino : Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 sebelum haid yang akan datang
Knaus : Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks. Dengan ditemukannya sistem masa subur oleh ogino-knaus, metode pantang berkala makin dikenal masyarakat. (Manuaba,1998:479)
Bidan dapat membantu masyarakat untuk menghitung kapan masa subur terjadi sehingga dapat menghindari kehamilan. Sistem pantang berkala akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemakaian kondom keberhasilan pantang berkala kombinasi dengan kondom mendekati 100%. (Manuaba,1998:479)



Cara Menghitung Masa Subur dengan Sistem Kalender
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus haid pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur: (Niken Meilani, 2010 : 49)
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
1.      Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
2.      Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
3.      Ovum hidup selama 24 jam. (Hanafi Hartanto, 2004 : 48)

Bila siklus haid teratur (28 hari)
Maka hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-3 sebelum dan sesudah ovulasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya, yaitu pada hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid. (Niken Meilani, 2010 : 49)
Contoh :
Seorang istri mendapatkan haid mulai tanggal 1 Januari . Pada siklus 28 hari, ibu akan mendapatkan haid kembali pada tanggal 28 Januari. Sehingga perhitungan masa suburnya adalah 3 hari sebelum dan sesudah dari 14 hari sebelum haid berikutnya, yaitu tanggal 11 Januari sampai dengan tanggal 17 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami istri tidak boleh melakukan hubungan seksual, karena apabila melanggar kemungkinan hamil sangat besar. (Niken Meilani, 2010 : 49)
Tabel 1.1 Tabel Masa Subur
Januari 2010
MONDAY
TUESDAY
WEDNESDAY
THURSDAY
FRIDAY
SATURDAY
SUNDAY




1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Bila siklus haid tidak teratur :
a.       Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya.
b.      Jumlah haid terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama massa subur. Jumlah hari terpanjang dalam 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. (Niken Meilani, 2010 : 50)



Rumus :
Hari pertama masa subur = jumlah hari terpendek dikurangi 18
Hari terakhir masa subur = jumlah hari terpanjang dikurangi 11 (Niken Meilani, 2010 : 50)
Hari pertama terakhir persangkaan masa subur  : siklus terpendek -18.
Asal angka 18 : 14 + 2 + 2→ hari hidup spermatozoa
Hari terakhir persangkaan masa subur : siklus terpanjang-11.
Asal angka 11 : 4 -2 – 1 → hari hidup ovum. (Hanafi Hartanto, 2004 : 48)
Contoh :
Seorang istri mendapat haid dengan keadaan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 31 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Perhitungannya adalah :
25 – 18 = 7 dan 31 – 11 = 20, jadi masa suburnya adalah hari ke-8 sampai ke-21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami istri tidak boleh bersenggama. (Niken Meilani, 2010 : 50)

Cara Menghitung Masa Tidak Subur
Cara menghitung masa tidak subur cukup mudah. Pertama – tama, selama 12 bulan, lama siklus haid dicatat. Siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid sampai dengan hari pertama haid berikutnya. Dari catatan tersebut akan terlihat apakah siklus teratur atau tidak. Bagi yang mempunyai siklus haid tak teratur, harap diperhatikan jumlah hari masa haid terpendek dan jumlah hari masa haid terpanjang. (Niken Meilani, 2010 : 50)
Kemudian, setelah catatan siklus haid diperoleh, tinggal menghitung lama masa tidak subur. Menghitung masa tidak subur sebelum ovulasi adalah dengan cara mengurangkan masa haid terpendek dengan 21. Angka 21 berasal dari penjumlahan lama pematangan sel telur (16 hari) dan kemampuan hidup sel sperma dalam rahim (5 hari). Misalkan, masa haid terpendek adalah 28 hari, maka masa tidak subur sebelum ovulasi adalah hari pertama sampai hari ketujuh (28 – 21 = 7). Jika masa haid terpendek 25 hari, maka masa tidak subur adalah hari pertama sampai hari keempat (25 – 21 = 4). (Niken Meilani, 2010 : 50-51)
Penghitungan masa tidak subur setelah ovulasi tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya pada masa haid yang digunakan dan angka pengurang. Masa tidak subur setelah ovulasi dihitung dengan cara mengurangkan masa haid tepanjang dikurangi 9. Angka 9 diperoleh dari pengurangan lama pematangan sel telur terpendek (11 hari) degan kemampuan hidup sel telur (20 hari). Misal, masa haid terpanjang adalah 28 hari maka masa tidak subur setelah ovulasi terpanjang 30 hari, maka masa tidak subur mulai hari ke 21 sampai haid berikunya. (Niken Meilani, 2010 : 51)


Efektivitas Metode Kalender
Angka kegagalan : 14.4 – 47 kehamilan pada 100 wanita-per tahun. (Hanafi Hartanto, 2004 : 48).
Manfaat Kontrasepsi
·         Dapat digunakan untuk menghindar atau mencapai kehamilan.
·         Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
·         Tidak ada efek samping sistematik.
·         Murah tanpa biaya. (Sarwono, 2006 : MK-8)

Manfaat NonKontrasepsi
·         Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
·         Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan istri.
·         Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antar suami istri/pasangan. (Sarwono, 2006 : MK-8)

Keterbatasan
·         Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk Metode Ovulasi Billings bila aturan ditaati kegagalan 0% (kegagalan metode/method failure dan 0 – 3% kegagalan pemakaian, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar aturan untuk mencegah kehamilan).
·         Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
·         Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar
·         Dibutuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis)
·         Pelatih/guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya, memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika diperlukan; misalnya buku catatan khusus, thermometer (oral atau suhu basal)
·         Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
·         Perlu pencatatan setiap hari
·         Infeksi vagina membuat lender servik sulit dinilai
·         Thermometer basal diperlukan untuk metode tertentu
·         Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (Virus Hepatitis B) dan HIV/AIDS. (Sarwono, 2006 : MK-8)

Untuk kontrasepsi
·         Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
·         Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
·         Perempuan kurus ataupun gemuk.
·         Perempuan yang merokok.
·         Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu (hipertensi sedang, varices, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, thrombosis vena dalam, atau emboli paru.
·         Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
·         Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
·         Pasangan uang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
·         Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan. (Sarwono, 2006 : MK-9)

Untuk Konsepsi
·         Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan. (Sarwono, 2006 : MK-9)

B.                 Metode Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum melakukan aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. (Niken Meilani, 2010 : 52)
Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak ½ sampai 1 derajat celcius pada hari ke 12 sampai ke 13 menstruasi di mana ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah menstruasi suhu naik lebih dari suhu basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. (Manuaba,1998:480)
Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran suhu basal  memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat bermanfaat. Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% samapi 20%. Kelemahan sistem pantang berkala adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, hanya dapat digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari. (Manuaba,1998:480)
Peninggian suhu badan basal 0,2-0,5 drajat celcius pada waktu ovulasi. Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesteron. (Hanafi Harianto,2004:48)
Pengukuran suhu basal badan diselenggarakan setiap hari sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikutnya. Ini dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan apa – apa, dengan memasukkan thermometer dalam rectum atau dalam mulut di bawah lidah selama 5 menit. (Sarwono, 2009 : 538)
pengukuran dilakukan secara : oral (3 menit), rektal (1 menit) ini secara terbaik, vaginal. (Hanafi Harianto,2004:48)




Tabel 1.2 Tabel Suhu Basal

















Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
* atau Merah untuk menandakan perdarahan (haid).
K atau Hijau untuk menandakan perasaan kering.
L atau warna Kuning unutk memperhatikan lendir tak subur yang kental, putih, keruh, dan lengket.
L   atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur. (Sarwono, 2006 : MK-11) 
 
Pakai Aturan Perubahan Suhu
·         Ukur suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dam catat suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh instruktur KBA ibu.
·         Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya, catatan suhu harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa). Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
·         Tarik garis pada 0,05o – 0,1o C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
·         Masa tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu). (Sarwono, 2006 : MK-13)


Untuk Kontrasepsi
Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut – turut setelah suhu berada di atas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaian MOB. (Sarwono, 2006 : MK-14)
Catatan:
·         Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
·         Ketika muai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya. (Sarwono, 2006 : MK-14)
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu basal
Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan jalan pantang berkala dapat ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa factor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya infeksi, kurang tidur, minum alcohol, dan sebagainya. (Sarwono, 2009 : 538 - 539)
Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu basal :
a.       Influenza atau infeksi traktusrespiratorius lain.
b.      Infeksi atau penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan
c.       Inflamasi lokal lidah,mulut atau daerah anus.
d.      Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk,jet lag mengganti popok bayi pukul 6 pagi.
e.       Jam tidur yang ireguler
f.       Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu badan basal.
g.      Pemakaian selimut elektris.
h.      Kegagalan membaca termometer denga tepat atau baik. (hanafi harianto,2004:49)

Macam-macam peninggian suhu badan basal
a.       Peninggian suhu mendadak (abrupt). Ini yang paling sering terjadi.
b.      Peninggian suhu yang  perlahan-lahan (gradual).
c.       Peninggian suhu yang bertingkat, umunnya didahului penurunan suhu yang cukup tajam.
d.      Peninggian suhu seperti gigi gergaji. (hanafi harianto,2004:49)

Catatan
a.       Ada beberapa kasus, kadang suhu badan basal sama sekali tidak meninggi  selama ovulasi, atau kadang sudah meninggi, pra-ovulasi.
b.      Demikian pula pada siklus haid yang An-ovulatoir suhu badan basal tidak meninggi, dan ini ditemukan pada:
- gadis muda
- klimakterium segera post partum  atau post abortus
- laktasi
c. Bila tidak terjadi vertilisasi, korpus luteum akan berhenti bekerja, produksi hormon progesteron menurun, dan akhirnya suhu badan basal menurun lagi.
d. Suhu badan post ovulasi adalah lebih tinggi dari pada suhu badan pra ovulasi, meskipun tidak terjadi ovulasi. (hanafi harianto,2004:49)
Efektifitas Metode Suhu Badan Basal
Angka kegagalan : 0,3 – 6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun. Kerugian utama metode suhu badan basal adalah bahwa abstinents sudah harus dilakukan pada masa pra ovulasi. (hanafi harianto,2004:49)



















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
macam – macam metode KB alamiah (untuk menentukan saat ovulasi)
a.       metode kalender (ogino-knaus)
b.      metode suhu basal =  metode Termal
c.       metode lendir serviks (Billings)
d.      metode Sympto-termal. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. (Niken Meilani, 2010 : 47)
Menentukan waktu ovulasi dari data yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)
Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri - sendiri, menemukan bahwa :
Ogino : Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 sebelum haid yang akan datang
Knaus : Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. (Hanafi Hartanto, 2004 : 47)

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum melakukan aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. (Niken Meilani, 2010 : 52)

            SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya dan berguna bagi penulis pula. Oleh karena itu, diharapkan kritik serta saran yang dapat membangun dan meningkatkan dalam penulisan makalah di masa yang akan datang.






DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan kentrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Meilani, Niken, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar). Yogyakarta : Fitramaya.

Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC.

Suratun, SKM, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : TIM.